Ketika Cinta Helmi, Mengalahkan ‘Hasrat Politik’

Opini-bengkuluone.co.id, “Siapa yang tidak mau menjadi Wakil Gubernur disana (Lampung),” sepenggal kata yang diucapkan Helmi Hasan, Walikota Bengkulu yang dalam hitungan hari akan mengakhiri masa pengabdiannya, saat mendaftar ke KPU Kota Bengkulu bersama pasangannya Dedy Wahyudi beberapa waktu lalu.

Ya kemana arah pilihan politik Helmi sempat menjadi misteri. Dia dihadapkan pada dua pilihan berat, apakah kembali maju pada Pemilihan Walikota Bengkulu 2018, sekaligus memenuhi ekspektasi publik. Atau justru memenuhi ‘hasrat politik’ memilih jalur yang lebih tinggi sebagai bakal calon Wakil Gubernur Lampung.

Misteri inipun terjawab sudah. Rasa cinta Helmi kepada rakyatnya, warga kota yang dipimpinnya selama lima tahun terakhir, mengalahkan ‘hasrat politik’. Meski kans untuk dia menggaransi kemenangan pertarungan politik di tanah kelahirannya sangat besar.

Kenapa sangat besar? Sebab Helmi berpasangan dengan Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo. Siapa yang meragukan bahwa dimanapun itu calon petahana memiliki peluang besar untuk menang pilkada? Popularitas dan elektabilitas pasti dimiliki petahana. Dengan berpasangan dengan Ridho dan meraih kemenangan disini pastinya memperbesar langkah Helmi untuk maju sebagai calon Gubernur Lampung lima tahun mendatang. Namun hal itu sepertinya tersingkirkan karena cintanya kepada warga Kota Bengkulu.

Belum lagi dukungan partai-partai besar dan juga tokoh-tokoh nasional. Partai Demokrat, Gerindra, PPP dan PAN mendukung pasangan ini.

“Provinsi Lampung incumbentnya meminta untuk menjadi wakil gubernur, dan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudoyono (SBY) juga sudah mengumumkan itu, Ketua Umum Gerindra, Ketua Umum PPP pun demikian. Tetapi suasana di Kota Bengkulu yang hampir tiap hari masuk ke HP saya, telepon dan sebagainya meminta untuk agar kemudian masih mau di Kota Bengkulu. Mereka katakan pak Kota Bengkulu ini tanah kelahiran Ibu Fatmawati, ibu yang menjahit sang saka merah putih, tidak akan ada republik ini tanpa ada Ibu Fatmawati. Dan tanah kelahiran Ibu Fatmawati itu baru ada rumah sakit, belum sempurna masih banyak jalan yang hancur dan sempit, juga masih banyak warga Bengkulu yang belum mendapatkan air bersih,”ungkap Helmi.

Kemudian, lanjut Helmi, hal tersebut juga membuatnya tidak bisa tenang, maka dari itu dirinya meminta waktu pada pimpinan di Jakarta untuk menyampaikan sebuah masukan.

“Saya katakan, saya siap terhadap keputusan apa pun karena kita bawahan harus ikut dengan pimpinan. Maka diberikan waktu kemudian saya ceritakan, perkenankan saya atas nama rakyat Kota Bengkulu untuk kembali ke Kota Bengkulu,” ucap Helmi.

“siapa yang tidak mau menjadi wakil Gubernur disana (lampung), itu keputusan berat. Tapi demi Kota Bengkulu tercinta walaupun saya tidak dilahirkan di Kota Bengkulu tetapi saya merasa memiliki Kota Bengkulu, 20 tahun lebih saya makan dan minum di Kota Bengkulu, 20 tahun lebih saya berumah di Kota Bengkulu, anak-anak saya pun lahir di Kota Bengkulu, dan mengenal seorang wanita dan menikahinya pun di Kota Bengkulu, maka kemudian saya sampaikan saya pamit untuk berada di Kota Bengkulu,” ujar Helmi ketika memutuskan tetap berada di kota yang ia cintai ini.

Meski telah melakukan banyak hal, berhasil mengubah wajah kota dan keberhasilannya dalam pembangunan infrastruktur yang sama-sama kita nikmati sekarang, Helmi tetap rendah hati, ia pun mengakui masih ada tugas, pekerjaan rumah yang belum terselesaikan di periode pertama kepemimpinannya.

Hal inilah yang kemudian harus segera dibuktikan Helmi Hasan dan tentu saja Dedy Wahyudi ketika kembali diberikan amanah memimpin Kota Bengkulu. Cinta tak cukup diucapkan dengan kata-kata, pembuktian lewat kerja-kerja nyata wajib dilakukan kembali, seperti yang telah dilakukannya di periode pertama kepemimpinannya.

 

 

Sumber : Garudadaily.com

Komentar