Misi Selesai: Dalang Gagal Memainkan Wayang

Bengkuluone.co.id Saya rasa wajar saja Susilo Bambang Yudhoyono menangis. Ratusan atribut (Baliho dan bendera) partai Demokrat dirusak orang tak dikenal. Di hari itu (Sabtu, 15/12) Partai Demokrat memiliki beberapa agenda penting bersama kader di kota nenas Pekanbaru.

Semua orang tahu, bendera merupakan simbol marwah kehormatan suatu organisasi. Disobek. Berarti menyobek pemiliknya. Dibuang ke parit. Berarti membuang pemiliknya ke parit.

Hati siapa yang tak marah?,  Hati siapa yang tak sedih?, hati siapa yang menerima perbuatan tercela tersebut?

Siapa pun tak akan rela simbol harga dirinya dirusak. Begitu juga dengan SBY dan para kadernya. Namun, sang ketua tetap tenang disaat dijumpai wartawan. Hanya meneteskan satu air mata di pipi. Setelah itu kembali tenang.

Meski bukan merupakan rival dari pasangan calon Presiden yang ada, rupanya SBY diperhitungkan juga keberadaanya. Takut pasti. Apalagi suara pemilih dari Partai berlambangkan mercy ini memihak kepada salah satu pasangan capres yang ada. Mutlak menang.

Di tahun politik semua dihalalkan. Instruksi banyak berseliweran dimana-mana. Saling tikam. Musuh jadi teman. Teman jadi musuh.

Politik memang kejam. Tapi itu semua bisa dilalui Jenderal bintang empat ini.

Ya, sejak 10 tahun lalu beliau sudah merasakan kerasnya politik disaat menjabat sebagai Presiden untuk dua periode (2004-2014).

Tajamnya pelor sudah dilalui. Tajamnya sangkur sudah dirasakan. Enaknya daging ular sudah dicicipi, begitu pun darah ular. Darah militer begitu melekat di tubuh bapak dua anak ini. Orang tua nya Militer. Mertua nya juga militer yakni Komandan Pasukan Khusus TNI.

Panggung konflik sudah khatam dilaluinya. Insiden ‘ngenes’ pun pernah ditemuinya. Sejak era Megawati, Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam)  SBY dimusuhi istri Taufik Kiemas tersebut. Tidak ajak rapat Kabinet. Bahkan dibilang anak kecil sejak dirinya menyatakan keinginan mencalonkan diri sebagai Presiden ke 6.

Permasalahanya, insiden ini sangat bertepatan dengan cerita lama antara SBY dengan Megawati. Kecewa mungkin, sakit hati apalagi. Tapi SBY tidak peduli. Tetap maju di pilpres 2004.

Kondisi semakin memanas disaat Menteri Polhukam menyebut perusak bendera merupakan kader PDIP dan Partai Demokrat. Dua partai yang sudah membaik, di fitnah lalu di adu seperti domba. Kejam, itulah politik.

Proses penyidikan cepat dihentikan polda setempat. Tak kurang dua hari, pelaku ditangkap. Hebat. Tapi ada bau kebohongan dari penanganan nya. Pelaku yang diciduk kader berinisial HS (22) sebut 35 orang merusak bendera. Polda sebut 3 orang sudah diamankan. Proses penyidikan dinyatakan selesai.

Master mind alias dalang perusakan pasti kesal. Karena tidak berhasil menjalankan misi mempermalukan Presiden ke 6 ini. Semoga mereka yang menyuruh membaca tulisan ini. Biar sedih dan kesal seperti yang dirasakan SBY.

 

Sumber: Tempo.co

Komentar